ABSTRAK
Rabaiyah,2007.Peningkatan kemampuan guru dalam memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar melalui kelompok kerja guru (KKG) di Sekolah Dasar Inpres Je’ne Madinging.
Penelitian ini bertujuan untuk Untuk meningkatkan kemampuan guru dalam memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar melalui diskusi kelompok kerja guru pada Sekolah Dasar Inpres Je’ne Madinging Kecamatan Parangloe, Kabupaten Gowa.
Penelitian ini adalah jenis penelitian tindakan sekolah. Sampelnya adalah Guru SD Inpres Je’ne Madinging Kecamatan Parangloe Kabupaten Gowa yang tergabung dalam Kelompok Kerja Guru (KKG) berjumlah 8 orang. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus.
Berdasarkan hasil pembahasan siklus I dan siklus II dapat disimpulkan bahwa, Ada peningkatan kemampuan guru dalam memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar melalui pendekatan diskusi kelompok kerja guru (KKG) di SD Inpres Je’ne Madinging Kecamatan Parangloe Kabupaten Gowa. Perolehan nilai rata-rata peningkatan kemampuan guru memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar yaitu nilai rata-rata observasi hasil kegiatan diskusi 79,38 di siklus I menjadi 84,88 pada siklus II terjadi peningkatan 5,5. Perolehan nilai rata-rata penyusunan skenario pembelajaran 78,75 di siklus I menjadi 82,50 di siklus II ada peningkatan 3,75. Kegiatan pembelajaran atau dalam proses belajar mengajar nilai rata-rata 78,33 di sklus I menjadi 82,08 di siklus II, ada peningkatan 3,75. Dari 8 orang guru yang terlibat, 5 orang mendapat skor dengan kategori “baik” sedangkan 3 orang dengan kategori “cukup”. Oleh karena itu dilanjutkan dengan tindakan siklus II yang hasilnya secara umum ada peningkatan kearah yang lebih baik yaitu 75% guru sudah mendapatkan kategori baik dengan skor rata-rata 80-89.
Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa untuk meningkatkan kemampuan guru dalam memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar dapat dilakukan melalui diskusi Kelompok Kerja Guru (KKG) pada Sekolah Dasar Inpres Je’ne Madinging Kecamatan Parangloe, Kabupaten Gowa.
Minggu, 21 Agustus 2011
Abstrak II
ABSTRAK
Rabaiyah,2009. Upaya meningkatkan disiplin guru melalui pemberian reward dan funishment guna menunjang efektifitas pengajaran di SD Inpres Je’ne Madinging Kecamatan Parangloe Kabupaten Gowa.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan pemberian reward dan funishment dapat meningkatkan disiplin waktu guru dalam melaksanakan pengajaran di SD Inpres Je’ne Madinging Kecamatan Parangloe Kabupaten Gowa.
Penelitian ini adalah jenis penelitian tindakan sekolah. Sampelnya adalah Guru SD Inpres Je’ne Madinging Kecamatan Parangloe Kabupaten Gowa berjumlah 9 orang. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, karena dari hasil penelitian dan analisa data, ternyata pada siklus kedua, kedisiplinan guru memenuhi indikator yang telah ditetapkan yakni sebesar 75%.
Berdasarkan hasil pembahasan siklus I dan siklus II dapat disimpulkan bahwa, perolehan disiplin waktu mengenai kedatangan guru pada jam-jam pertama dan disiplin waktu guru setelah jam istirahat sudah mengalami peningkatan yang berarti, pada akhir siklus I hanya sekitar 33% meningkat menjadi 78% pada siklus II, terjadi peningkatan 45%, Perolehan disiplin dalam mengadakan persiapan perangkat pembelajaran yang tadinya hanya sekitar 56% pada siklus I dari jumlah guru yang ada dan pada siklus II sudah dapat mencapai 89%, rata-rata terjadi peningkatan 33% dan Perolehan ketercapaian target kurikulum yang menstandarkan angka 80 pada KKM tiap mata pelajaran pada masing-masing guru. Pada akhir siklus I rata-rata ketercapaian target kurikulum mencapai sekitar 33% saja, sedangkan pada siklus II mencapai sekitar 78%, terjadi peningkatan sekitar 45%.
Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa untuk meningkatkan disiplin guru dalam kehadiran disekolah pada pada jam-jam pertama dan disiplin waktu guru mengajar setelah jam istirahat pada kegiatan belajar mengajar dapat dilakukan dengan penerapan Reward and Punishment kepada guru.
Rabaiyah,2009. Upaya meningkatkan disiplin guru melalui pemberian reward dan funishment guna menunjang efektifitas pengajaran di SD Inpres Je’ne Madinging Kecamatan Parangloe Kabupaten Gowa.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan pemberian reward dan funishment dapat meningkatkan disiplin waktu guru dalam melaksanakan pengajaran di SD Inpres Je’ne Madinging Kecamatan Parangloe Kabupaten Gowa.
Penelitian ini adalah jenis penelitian tindakan sekolah. Sampelnya adalah Guru SD Inpres Je’ne Madinging Kecamatan Parangloe Kabupaten Gowa berjumlah 9 orang. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, karena dari hasil penelitian dan analisa data, ternyata pada siklus kedua, kedisiplinan guru memenuhi indikator yang telah ditetapkan yakni sebesar 75%.
Berdasarkan hasil pembahasan siklus I dan siklus II dapat disimpulkan bahwa, perolehan disiplin waktu mengenai kedatangan guru pada jam-jam pertama dan disiplin waktu guru setelah jam istirahat sudah mengalami peningkatan yang berarti, pada akhir siklus I hanya sekitar 33% meningkat menjadi 78% pada siklus II, terjadi peningkatan 45%, Perolehan disiplin dalam mengadakan persiapan perangkat pembelajaran yang tadinya hanya sekitar 56% pada siklus I dari jumlah guru yang ada dan pada siklus II sudah dapat mencapai 89%, rata-rata terjadi peningkatan 33% dan Perolehan ketercapaian target kurikulum yang menstandarkan angka 80 pada KKM tiap mata pelajaran pada masing-masing guru. Pada akhir siklus I rata-rata ketercapaian target kurikulum mencapai sekitar 33% saja, sedangkan pada siklus II mencapai sekitar 78%, terjadi peningkatan sekitar 45%.
Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa untuk meningkatkan disiplin guru dalam kehadiran disekolah pada pada jam-jam pertama dan disiplin waktu guru mengajar setelah jam istirahat pada kegiatan belajar mengajar dapat dilakukan dengan penerapan Reward and Punishment kepada guru.
Abstrak I
ABSTRAK
Rabaiyah,2010.Penerapan metode dongeng untuk meningkatan kemampuan berbicara dalam pembelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas I SD Inpres Je’ne Madinging Kecamatan Parangloe Kabupaten Gowa.
Penelitian ini bertujuan Untuk meningkatkan kemampuan berbicara dalam proses pembelajaran melalui metode dongeng pada siswa kelas I SD Inpres Je’ne Madinging Kecamatan Parangloe Kabupaten Gowa Penelitian ini adalah jenis penelitian tindakan kelas. Sampelnya adalah siswa kelas I pada SD Inpres Je’ne Madinging Kecamatan Parangloe Kabupaten Gowa berjumlah 30 orang. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus dan dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan berbicara pada siswa kelas I SD Inpres Je’ne Madinging Kecamatan Parangloe Kabupaten Gowa setelah dilaksanakannya pembelajaran dengan penggunaan metode dongeng. Hal tersebut terlihat dari aktivitas siswa dalam proses pembelajaran yang semakin meningkat dalam setiap siklusnya, yaitu nilai rata-rata hasil pengamatan guru pada siklus I sebesar 2,75 dan meningkat menjadi 3,55 pada siklus II. Dan dilihat dari hasil tes berbicara pada siklus I diketahui 18 dari 30 siswa telah mencapai nilai KKM (60), dan meningkat pada siklus II di mana 29 dari 30 siswa telah berhasil mencapai nilai KKM (60).
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas dengan menggunakan 2 siklus tersebut diatas, ternyata hipotesis yang telah dirumuskan terbukti kebenarannya artinya ternyata langkah pembelajaran melalui metode dongeng dapat meningkatkan kemampuan berbicara pada siswa kelas I SD Inpres Je’ne Madinging Kecamatan Parangloe Kabupaten Gowa.
Rabaiyah,2010.Penerapan metode dongeng untuk meningkatan kemampuan berbicara dalam pembelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas I SD Inpres Je’ne Madinging Kecamatan Parangloe Kabupaten Gowa.
Penelitian ini bertujuan Untuk meningkatkan kemampuan berbicara dalam proses pembelajaran melalui metode dongeng pada siswa kelas I SD Inpres Je’ne Madinging Kecamatan Parangloe Kabupaten Gowa Penelitian ini adalah jenis penelitian tindakan kelas. Sampelnya adalah siswa kelas I pada SD Inpres Je’ne Madinging Kecamatan Parangloe Kabupaten Gowa berjumlah 30 orang. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus dan dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan berbicara pada siswa kelas I SD Inpres Je’ne Madinging Kecamatan Parangloe Kabupaten Gowa setelah dilaksanakannya pembelajaran dengan penggunaan metode dongeng. Hal tersebut terlihat dari aktivitas siswa dalam proses pembelajaran yang semakin meningkat dalam setiap siklusnya, yaitu nilai rata-rata hasil pengamatan guru pada siklus I sebesar 2,75 dan meningkat menjadi 3,55 pada siklus II. Dan dilihat dari hasil tes berbicara pada siklus I diketahui 18 dari 30 siswa telah mencapai nilai KKM (60), dan meningkat pada siklus II di mana 29 dari 30 siswa telah berhasil mencapai nilai KKM (60).
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas dengan menggunakan 2 siklus tersebut diatas, ternyata hipotesis yang telah dirumuskan terbukti kebenarannya artinya ternyata langkah pembelajaran melalui metode dongeng dapat meningkatkan kemampuan berbicara pada siswa kelas I SD Inpres Je’ne Madinging Kecamatan Parangloe Kabupaten Gowa.
Senin, 01 Agustus 2011
Tak Ada Pendidikan Instan
Josephus Primus,SEMARANG, KOMPAS.com - Rektor Universitas Katolik (Unika) Soegijapranata Semarang Dr Y Bagus Wismanto mengatakan tidak ada pendidikan yang bisa diperoleh secara instan. "Proses pendidikan harus ditempuh secara bertahap," katanya saat memberikan sambutan pada wisuda mahasiswa Unika Soegijapranata di Semarang, Sabtu (4/4).
Ia mengatakan banyak pihak tidak bertanggung jawab menawarkan ijazah yang dapat diperoleh tanpa mengikuti proses pendidikan (kuliah, red). "Hasil memang penting, namun yang terpenting adalah bagaimana mendapatkan hasil melalui proses yang seharusnya ditempuh," katanya.
Rektor mengatakan pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab tersebut memanfaatkan anggapan masyarakat yang masih mengagungkan gelar untuk mengukur kompetensi seseorang. "Masyarakat memang masih melihat seseorang dari kulit luarnya, sehingga lebih mementingkan ijazah atau gelar daripada kompetensi yang dimiliki seseorang," katanya.
Oleh karena itu, ia sangat menyesalkan adanya ijazah fiktif yang dapat diperoleh tanpa melalui proses pendidikan. "Itu (ijazah fiktif, red) terjadi karena masyarakat masih terlalu mengagungkan gelar," katanya.
Padahal, menurut dia, tidak selamanya seseorang dapat dilihat dari gelar yang diperolehnya atau dari jabatan yang diembannya.
Ia mengatakan, yang terpenting adalah kompetensi seseorang yang didasarkan dari kejujuran dan kebenaran. "Pengetahuan merupakan gabungan dari tiga hal yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik yang tidak bisa dipisahkan, sehingga melahirkan kompetensi," kata rektor.
Ia menambahkan, Unika Soegijapranata juga pernah mengalami kejadian ijazahnya dipalsukan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. "Di satu sisi, tindakan itu mencoreng nama baik Unika Soegijapranata, tetapi di lain pihak membuktikan bahwa Unika Soegijapranata ternyata diminati," katanya.
Kasus tersebut, kata dia terjadi kurang lebih dua tahun yang lalu, namun pihaknya telah mengantisipasinya dengan mengganti kertas khusus dan diberi segel pengaman yang sulit untuk dipalsukan.
Mengenai kemungkinan beredarnya ijazah fiktif di Jawa Tengah (Jateng), khususnya di Semarang, ia mengatakan sampai saat ini belum mendengar maupun melihatnya. "Sepengetahuan saya, kasus ijazah fiktif sempat marak di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), tetapi untuk wilayah Jateng sampai sekarang masih aman, dan baik-baik saja," katanya.
Ia mengatakan banyak pihak tidak bertanggung jawab menawarkan ijazah yang dapat diperoleh tanpa mengikuti proses pendidikan (kuliah, red). "Hasil memang penting, namun yang terpenting adalah bagaimana mendapatkan hasil melalui proses yang seharusnya ditempuh," katanya.
Rektor mengatakan pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab tersebut memanfaatkan anggapan masyarakat yang masih mengagungkan gelar untuk mengukur kompetensi seseorang. "Masyarakat memang masih melihat seseorang dari kulit luarnya, sehingga lebih mementingkan ijazah atau gelar daripada kompetensi yang dimiliki seseorang," katanya.
Oleh karena itu, ia sangat menyesalkan adanya ijazah fiktif yang dapat diperoleh tanpa melalui proses pendidikan. "Itu (ijazah fiktif, red) terjadi karena masyarakat masih terlalu mengagungkan gelar," katanya.
Padahal, menurut dia, tidak selamanya seseorang dapat dilihat dari gelar yang diperolehnya atau dari jabatan yang diembannya.
Ia mengatakan, yang terpenting adalah kompetensi seseorang yang didasarkan dari kejujuran dan kebenaran. "Pengetahuan merupakan gabungan dari tiga hal yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik yang tidak bisa dipisahkan, sehingga melahirkan kompetensi," kata rektor.
Ia menambahkan, Unika Soegijapranata juga pernah mengalami kejadian ijazahnya dipalsukan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. "Di satu sisi, tindakan itu mencoreng nama baik Unika Soegijapranata, tetapi di lain pihak membuktikan bahwa Unika Soegijapranata ternyata diminati," katanya.
Kasus tersebut, kata dia terjadi kurang lebih dua tahun yang lalu, namun pihaknya telah mengantisipasinya dengan mengganti kertas khusus dan diberi segel pengaman yang sulit untuk dipalsukan.
Mengenai kemungkinan beredarnya ijazah fiktif di Jawa Tengah (Jateng), khususnya di Semarang, ia mengatakan sampai saat ini belum mendengar maupun melihatnya. "Sepengetahuan saya, kasus ijazah fiktif sempat marak di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), tetapi untuk wilayah Jateng sampai sekarang masih aman, dan baik-baik saja," katanya.
Selangkah Lagi Petakan Jaringan Otak
HIEDELBERG, KOMPAS.com - Tahukah Anda apakah objek paling kompleks di alam semesta? Objek itu tak ada di luar angkasa, tetapi ada dalam tubuh manusia lho. Objek tersebut adalah neuron otak manusia dan jejaringnya dengan seluruh tubuh.
Banyak ilmuwan merasa tertantang untuk memetakan neuron otak dan jaringannya ke seluruh tubuh manusia. Namun, sejauh ini belum ada komputer yang bisa membantu hasrat para ilmuwan itu.
Kini dengan bantuan 2 program komputer, tim ilmuwan yang terdiri dari Moritz Helmsatedter, Kevin Briggman dan Wilfrind Denk dari Max Plack Institute for Medical Research, Hiedelberg, Jerman, mengembangkan metode yang lebih tepat untuk melakukan pemetaan itu.
Program pertama disebut KNOSSOS, diambil dari nama labirin kuno, memungkinkan pengguna yang tak terlatih untuk memvisualisasikan citra 3D. Sementara program kedua disebut RESCOP memberi rangkuman hasil kerja program pertama.
Seperti dilansir New Scientist, Jumat (29/7/2011), dengan 2 program itu, tim yang terdiri dari 70 pelajar berhasil melakukan uji coba dengan memetakan lebih dari 100 neuron otak tikus putih.
Dalam hasil pemetaan itu, jejaring neuron yang berhasil dipetakan dilihat dari reseptor penerima cahaya. Ke depan, jejaring neuron di bagian otak lain akan dipetakan. Proyek yang lebih besar nantinya ialah memetakan otak manusia.
http://sains.kompas.com/read/2011/07/31/10590495/Selangkah.Lagi.Petakan.Jaringan.Otak
Banyak ilmuwan merasa tertantang untuk memetakan neuron otak dan jaringannya ke seluruh tubuh manusia. Namun, sejauh ini belum ada komputer yang bisa membantu hasrat para ilmuwan itu.
Kini dengan bantuan 2 program komputer, tim ilmuwan yang terdiri dari Moritz Helmsatedter, Kevin Briggman dan Wilfrind Denk dari Max Plack Institute for Medical Research, Hiedelberg, Jerman, mengembangkan metode yang lebih tepat untuk melakukan pemetaan itu.
Program pertama disebut KNOSSOS, diambil dari nama labirin kuno, memungkinkan pengguna yang tak terlatih untuk memvisualisasikan citra 3D. Sementara program kedua disebut RESCOP memberi rangkuman hasil kerja program pertama.
Seperti dilansir New Scientist, Jumat (29/7/2011), dengan 2 program itu, tim yang terdiri dari 70 pelajar berhasil melakukan uji coba dengan memetakan lebih dari 100 neuron otak tikus putih.
Dalam hasil pemetaan itu, jejaring neuron yang berhasil dipetakan dilihat dari reseptor penerima cahaya. Ke depan, jejaring neuron di bagian otak lain akan dipetakan. Proyek yang lebih besar nantinya ialah memetakan otak manusia.
http://sains.kompas.com/read/2011/07/31/10590495/Selangkah.Lagi.Petakan.Jaringan.Otak
Langganan:
Postingan (Atom)