demi "SIRI'

DELEGASI Sulsel dalam Rapat Pimpinan Nasional Khusus (Rapimnasus) Partai Golkar akhirnya bisa kembali ke kampung halaman dengan kepala tegak. Setidaknya, mereka kembali menginjakkan kaki di Sulsel dengan semangat baru.

Yang terpenting dengan, Ilham Arief Sirajuddin ikut andil dalam memulihkan harkat dan martabat Partai Golkar.
Siri Golkar telah pulih. Dalam budaya Bugis-Makassar, siri adalah segalanya. Ketika seseorang merasa sisi'-nya terganggu, maka hanya dua pilihan, memulihkannya atau mati.
Suasana itulah yang tergambar dalam Rapimnasus Golkar kali ini.
Dan, Kalla sebagai saudagar Bugis-Makassar telah membuktikan bahwa siri' adalah segalanya. "JK akhirnya keluar aslinya sehingga beliau berani tampil sebagai kandidat capres. Kita bergembira akhirnya kemungkinan capresnya akan lebih banyak," ujar Wakil Sekretaris Jenderal DPP Partai Hanura, Saleh Husin, seperti dilansir kompas.com.
Guru Besar Antropologi Unhas, Prof Dr Zaenal Abidin Faried, di masa hidupnya menulis ratusan makalah tentang siri'. Salah satunya yang ditulis tahun 1978.
Dia mencontohkan, Karaeng Galesong bersama Karaeng Bontomarannu dan Karaeng Daeng Mangalle, Laksamana Muda Gowa, yang memilih lari meninggalkan kerajaan karena tidak ingin tunduk kepada Belanda. Untuk memulihkan siri`-nya, dia pergi ke Jawa Timur menggabung pada pasukan Trunojoyo untuk melawan Belanda. Siri`-nya dianggap pulih setelah ia berhasil menegakkan wibawa bangsa melawan penjajah.
Demikian pula La Madukelleng Arung Singkang dalam usia muda berkelana di Perairan Malaka, Nusantara, untuk mencari modal guna membentuk armada angkatan laut yag kuat, demi menegakkan siri'.
Akhirnya setelah menjadi Sultan Pasir selama 10 tahun, lalu kembali ke Sulsel pada tahun 1736 dan menggalang persatuan antara pelbagai kelompok di Sulawesi yang selama seratus tahun saing berperang memperebutkan hegemonie melawan Beladna dati tahun 1736 sampai tahun 1754.
Itulah kini yang dirintis Kalla. "Apa yang kita lakukan ini karena siri'," tegas Wakil Sekretaris Jenderal DPP Partai Golkar, Iskandar Mandji.
Bukan hanya "orang luar" yang menilai keputusan Golkar itu di luar dugaan. Ketua Bidang Hukum DPP Partai Golkar, Muladi, pun menilai keputusan rapimnasus tidak lazim. Ada semangat dan suasana emosional di dalamnya.
"Suasana emosionil sangat mewarnai pertemuan ini. Kalau suasana rasional, pasti memperhitungkan kekuatan. Tapi ini nuansa emosinya sangat luar biasa, kalah menang tidak dipikirkan, harga diri partai sangat menonjol di sini," ungkap Muladi.
"Kemenangan" Kalla kian dipercantik oleh sikap legowo penuh ksatria Raja Jawa, Sri Sultan Hamengkubuwobo X. Meski sudah mendeklarasikan diri sebagai calon presiden, Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta menyatakan "sami`na wa atah`na", tunduk dan patuh, pada keputusan rapimnasus.(as kambie)

10 Menit yang Mengubah Keadaan
GOLKAR hanya butuh waktu 60 menit untuk mengubah keadaan nasional. Ketua Umum DPP Partai Golkar Jusuf Kalla pun hanya butuh waktu sekitar 10 menit untuk membangkitkan semangat kader partai beringin.
Tidak seperti biasanya. Kali ini, pidato Kalla tidak diwarnai canda-tawa. Sorot mata saudagar asal Bone, Sulsel, ini tajam menerjang peserta rapat pimpinan nasional (rapimnas) khusus. Suara Kalla pun terdengar tegas dan sedikit bergetar.
Pidato Kalla di tengah pimpinan Golkar se-Indonesia, kemarin, justru diselingi haru. Tak sedikit kader Golkar yang terharu dalam suasana emosional dan penuh semangat. Kalla membakar semangat mereka untuk kembali menanjapkan harga diri dan martabat Partai Golkar di persada pertiwi.
Pidato Kalla sekitar 10 menit itu diikuti standing aplaus peserta rapimnas khusus. Hasilnya, rapimnas khusus memutuskan memberi mandat penuh kepada Kalla untuk melakukan lobi sebagai calon presiden.
Keadaan pun berubah. Tak sedikit elite partai kebakaran jenggot. Bahkan elite internal Golkar sendiri. Mereka tak menyangkah, Golkar tiba-tiba berubah garang. Tak mengira, 60 menit itu menjadi masa kritis bagi "lawan" Kalla dalam Pilpres 2009.(as kambie)