Selasa, 06 November 2007
PT LSI Jamin Akurasi Quick Count
MAKASSAR (06 Nov 2007)-- PT Lingkaran Survei Indonesia (PT LSI) menjamin sepenuhnya keakuratan perhitungan cepat (quick count) yang dilakukan timnya dalam pilgub Sulsel 5 November, kemarin.Direktur Eksekutif PT LSI, Denny JA kepada Fajar, malam tadi mengatakan, PT LSI sebagai salah satu lembaga survei sudah melakukan quick count sebanyak 28 kali pada sejumlah pilkada provinsi dan kabupaten/kota di Indonesia. Hasilnya PT LSI tidak pernah meleset.“Jadi, PT LSI menjamin sepenuhnya quick count yang dilakukan pada pilkada gubernur Sulsel,” ujar Denny.Bukan hanya itu, jebolan Ohio State University, Amerika Serikat di bidang Comparative Politics ini menggaransi bahwa hasil quick count PT LSI ini, tak akan lebih dari 1 persen dari hasil perhitungan suara oleh KPU Sulsel. “Tak akan lebih dari 1 persen, kami jamin itu,” tegas Denny.Secara teknis, Denny menyebutkan bahwa quick count ini dilakukan pada 5 November 2006, sekitar pukul 13.00 Wita. Quick count ini mengambil sampel 300 Tempat Pemungutan Suara (TPS) dari total 12.087 TPS.Sekadar diketahui, hasil quick count PT LSI menyebutkan, Syahrul Yasin Limpo-Agus Arifin Nu’mang (Sayang) memperoleh suara 40,70 persen, HM Amin Syam-Mansyur Ramly (37,15), dan Aziz Qahhar Mudzakkar-Mubyl Handaling (22,14). (sul)Berdasarkan hasil quick count di 300 TPS se Sulsel, dengan data sampel yang masuk hingga 98,00 persen, Sayang dinyatakan unggul pada 11 kabupaten/kota. Sebelas kabupaten itu, masing-masing, Bantaeng, Bulukumba, Gowa, Jeneponto, Luwu Utara, Palopo, Pangkep, Selayar, Takalar, Tator, serta Makassar. Asmara sendiri juga unggul di sebelas kabupaten/kota, yakni Barru, Bone, Enrekang, Luwu Timur, Maros, Parepare, Pinrang, Sidrap, Sinjai, Soppeng, serta Wajo. “Sebenarnya, selain Aziz yang hanya unggul di Luwu, kedua kandidat masing-masing menang di 11 kabupaten/kota. Hanya saja, Syahrul diuntungkan karena menang di Makassar,” kata Strategic Director PT LSI, Widdi Aswindi dalam jumpa pers di Hotel Singgasana, petang kemarin.Menurut Widdi, Syahrul dan Amin Syam memang sama-sama unggul besar di tanah kelahirannya masing-masing. Bone dan Gowa juga punya jumlah TPS dan pemilih yang hampir sama besar. “Secara jujur saya ingin katakan, ini pilkada menarik. Sebab semua kandidat punya basis pemilih yang kuat dan tradisional. Dan sebetulnya kemenangan ini semua disebabkan karena Makassar dimenangkan Syahrul. Syahrul menang di Makassar. Jadi yang menentukan pemenang pilgub adalah siapa pemenang di Makassar,” tegasnya.Menurut Widdi, hasil quick count tidak pernah meleset atau berbeda jauh dengan hasil KPUD. “Jadi selamat ke Syahrul yang memenangkan pilkada. Ini sejarah, wagub menantang incumbent dan bisa menang,” lanjut Widdi. Menurut dia, kemenangan Syahrul adalah hal fenomenal. “Bupati menang lawan gubernur itu ada yang terjadi. Tapi kalau yang melawan atasan sendiri seperti Syahrul itu baru pertama. Wakil menang lawan atasan sendiri, itu fenomenal. Secara statistik juga peluang incumbent menang lebih besar sekitar 68 persen,” jelasnya. Widdi juga membeberkan bahwa sesuai hasil survei, LSI menemukan situasi bahwa tingkat menginginkan Amin untuk kembali menjadi gubernur memang hanya 37 persen. Suara itu kembali dibagi dua kandidat lainnya. Lantas apa penyebab kegagalan Amin Syam? Menurut Widdi dari hasil surveinya, disebabkan kepercayaan diri berlebihan. Amin dan timnya kurang banyak melakukan variasi dalam kampanye. Akibatnya masyarakat memilih dua kandidat lainnya.“Kenaikan suara yang didapatkan Syahrul dan Aziz di luar prediksi banyak pihak. Kalau Pak Aziz, berdasarkan data kami, satu dari empat penduduk Sulsel memilih dia. Ini yang dilupakan. Ada beberapa keyakinan yang terlalu berlebihan di timnya Amin,” kata Widdi. Aspek kedua, lanjutnya, ada sekitar 30-an persen suara yang sebenarnya diperebutkan sejak hari pertama kampanye, sampai dengan hari H. Sementara jumlah pemilih yang masih ragu-ragu sampai Minggu terakhir berkisar 18 persen. Dan Syahrul, menurutnya, mampu melihat celah itu dan memanfaatkannya untuk membuat strategi baru.“Dalam minggu terakhir, yang melakukan kampanye dengan cara berbeda adalah Aziz dan Syahrul. Mereka door to door. Sedangkan Amin mengandalkan kampanye-kampanye masif di lapangan,” katanya.Keberanian LSI merilis hasil pilgub ini sendiri, menurutnya bukan tanpa alasan. Selain untuk mempercepat ketidakpastian situasi politik yang sudah ada, pengumuman hasil quick count ini merupakan bentuk pertanggungjawaban LSI. “Quick count itu fakta jadi perbedaan hasilnya dengan hasil KPU itu di bawah satu persen. Kalau kami salah, jangan dipercaya lagi,” ujarnya. Senada dengan Widdi, Direktur Riset LSI, Eka Kusmayadi, juga menegaskan sangat yakin dengan hasil quick count. Menurutnya, quick count ini sudah dibuktikan dan tidak ada satupun yang meleset atau perbedaanya melewati satu persen dengan hasil KPUD.Terkait munculnya anggapan bahwa LSI bekerja untuk Syahrul termasuk dalam perhitungan hasil, Widdi tak membantahnya. “Kita memang memberi konsultasi dan pertimbangan ke SYL (Syahrul, red). Tapi kami jamin 100 persen bahwa apa yang dikerjakan teman-teman benar. Lembaga seperti kita yang dihargai adalah reputasi. Itu yang kami jaga. Saya berani bertaruh, selisih dengan KPUD tidak akan lebih dari satu persen. Dan ini memang sudah aman. Data yang masuk sudah lebih dari 98 persen dan sampling errornya hanya kurang lebih 1 persen,” katanya.Sementara itu, pengumuman pemenang pilgub oleh LSI ini membuat tim Asmara yang sedang melakukan olah data perolehan suara di sekretariat DPD I Partai Golkar di Jl Bottolempangang menjadi kaget dan kelabakan. Mereka pun serta merta melakukan protes dan klarifikasi. Pasalnya, sesaat sebelum LSI mengumumkan hasilnya, tim Asmara mengaku masih unggul. Mereka juga mengaku terganggu dengan kabar bahwa pendukung Syahrul sudah berpawai untuk merayakan kemenangan mereka. “Belum ada yang menang atau kalah. LSI hanya mau menyesatkan. Kita punya data real dan yakin menang. KPUD harus segera mengeluarkan pengumuman untuk mengcounter LSI,” kata Hidayat Nahwi Rasul, jubir Asmara yang diamini tim Pusat Olah Data (POD) Asmara lainnya. Tim Asmara juga memprediksi, LSI sengaja mengeluarkan pengumuman itu untuk membuat KPU dalam posisi dilematis. Maksudnya, jika warga terlanjur tahu pemenang adalah Syahrul, maka KPU akan repot sendiri ketika besok lusa pemenangnya ternyata Asmara. (sul-amr)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar