Senin, 11 Agustus 2008

mengintip Bandara baru Makassar " Sultan Hasanuddin Air Port "


Karacca01, Makassar, PT Angkasa Pura (AP) I Cabang Bandara Hasanuddin resmi mengoperasikan terminal baru mulai Senin (4/8). Seluruh aktivitas penerbangan berjadwal dipindahkan dari terminal lama ke terminal baru sejak pukul 03.00 dini hari kemarin.

Kegiatan soft opening terminal baru tersebut dilakukan dengan acara yang sederhana. Diawali dengan doa oleh jajaran manajemen AP I Cabang Bandara Hasanuddin dan diakhiri dengan peninjauan boarding pesawat pertama yang dipimpin General Manager AP I Bandara Hasanuddin, IBG Winaya.
"Memang masih belum sempurna dan masih ada kekurangan di sana-sini. Tetapi kami harus memulainya," kata Wiyana.
Kekurangan dimaksud, antara lain, runway (landasan pacu) baru sepangang 3.100 meter dan sebagian apron (lapangan parkir pesawat) yang belum terbangun.

Dua pesawat reguler pertama yang parkir pada apron bandara baru adalah Lion Air dengan nomor penerbangan JT-773 tujuan Jakarta dan Garuda Indonesia dengan nomor penerbangan GA-611 tujuan Jakarta.
Mereka yang mendapat hadiah adalah Sattu, penumpang Lion Air JT-798 tujuan Jayapura yang berangkat pukul 03.00 dan Ahmad Salim, penumpang Lion Air nomor penerbangan JT-773 tujuan Jakarta yang berangkat pukul 05.25.

AP I juga memberikan hadiah kepada penumpang terakhir yang turun di bandara lama dan penumpang pertama yang datang ke bandara baru.
Penumpang terakhir yang tiba di bandara lama adalah Sattu yang menerima hadiah dari Manager Personalia dan Umum PT Angkasa Pura (AP) I Cabang Bandara Hasanuddin, Tommy Meilitza. Sedangkan penumpang pertama yang datang ke bandara baru adalah Ahmad yang menerima hadiah langsung dari IBG Winaya. Dua orang pimpinan ini sengaja menunggu datangnya orang terakhir dan pertama di bandara yang terpisah itu.

Fasilitas Terminal
Terminal baru seluas 51 ribu meter persegi itu berkapasitas tujuh hingga delapan juta penumpang per tahun. Apron seluas 78.800 meter per segi memiliki 33 parking stand untuk pesawat segala ukuran, dari Casa, seri Boeing 737, seri Airbus 330, hingga jumbo jet seri Boeing 747.
Manager Operasional PT AP I Cabang Bandara Hasanuddin, Suharsoyo menjelaskan, terminal baru dilengkapi fasilitas seperti 60 consession stand (ruang belanja), garbarata, dan hotspot (area akses internet nirkabel) gratis di ruang tunggu keberangkatan.
Terminal baru juga memiliki sistem check in berbasis teknologi informasi yang disebut multi users check-in system (MUCS). Check in bisa dilakukan di seluruh konter sehingga bisa meminimalisir panjangnya antrean.
"Hal yang juga sering dikeluhkan adalah troli. Di terminal baru, kami menyediakan 250 unit troli. Pemerintah Kabupaten Maros juga memberikan bantuan 100 unit troli. Jadi total 350 unit troli. Jumlah ini mendekati syarat enam unit per 10 penumpang," katanya.

Sultan Hasanuddin
Manajemen AP I juga resmi menggunakan nama baru yakni Bandara Internasional Sultan Hasanuddin. Kode bandara masih UPG sebelum permohonan penggunaan kode MKS disetujui Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (Internasional Civil Aviation Organization/ICAO).
Selama sepekan lalu, tim dari dirjen perhubungan udara beranggotakan 34 orang telah melakukan verifikasi. Terminal yang lima kali lebih luas dari terminal lama itu dinyatakan siap digunakan meski disertai beberapa catatan.
Catatan itu berupa penambahan sekat pada arus kedatangan dan keberangkatan penumpang, pembenahan beberapa kabel instalasi, dan penataan jalan akses. Perbaikan-perbaikan itu harus dilakukan hingga 15 Agustus mendatang.
"Ini baru soft opening. Selama 14 hari kita diberi kesempatan memenuhi seluruh catatan sambil mengevaluasi kekurangan pada terminal. Pada 15 Agustus barulah kita lakukan full operation," ujar Winaya.

Proyeksi Pengembangan
Pengembangan Bandara Internasional Sultan Hasanuddin akan terus dilakukan hingga tahun 2020 mendatang. Secara bertahap terminal, apron, dan runway akan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan perkembangan dunia penerbangan.
Dalam keterangan persnya, Manajer Pusat Pengendalian Lalu Lintas Penerbangan, Eddy Amiruddin, menjelaskan, dalam site plan pengembangan terminal hingga mencapai sekitar 75 ribu meter persegi beserta lapangan parkir kendaraan akan dimulai pada tahun 2012.

Pengembangan terminal akan dilakukan bersamaan dengan pengembangan apron. "Jika saat ini apron bandara baru hanya bisa menampung 17 pesawat, setelah dikembangkan nantinya apron kita bisa menampung 33 pesawat berbagai ukuran," katanya.
Sedangkan pengembangan runway (landasan pacu) akan dilaksanakan tahun 2020. Bandara Internasional Sultan Hasanuddin akan memiliki paralel runway (dua runway searah) seperti yang saat ini dimiliki Bandara Soekarno Hatta, Jakarta.
"Saat frekuensi penerbangan sudah sangat tinggi, mau tidak mau kita membutuhkan paralel runway agar tidak terjadi antrean panjang saat take off dan landing. Makassar segera akan mencapai tahap kebutuhan itu," jelas Eddy.Jum'at - Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) boleh berbangga karena Bandara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar telah mulai beroperasi Senin, 4 Agustus kemarin. Harapannya, gairah pariwisata Sulsel yang sejak beberapa tahun terakhir terpuruk akan mulai bangkit.

"Kita harapkan dengan dibukanya Bandara Sultan Hasanuddin, frekuensi penerbangan domestik akan meningkat serta memancing masuknya perusahaan penerbangan asing ke Sulsel," kata Koordinator wilayah Asita Sulawesi, Nico B Pasaka, di Makassar, Kamis (7/8), menanggapi beroperasinya Bandara Internasional Sultan Hasanuddin.



Boarding Lounge


sekedar catatan tentang Bandara Sultan Hasanuddin

Bandar Udara Hasanuddin pada tahun 1935 dibangun oleh Pemerintah Hindia Belanda dengan nama Lapangan Terbang Kadieng, yang terletak sekitar 22 kilometer disebelah utara kota Makassar dengan konstruksi lapangan terbang rumput. Lapangan terbang dengan landasan rumput yang berukuran 1,600 m x 45 m (Runway 08-26) diresmikan pada tanggal 27 September 1937, ditandai dengan adanya penerbangan komersial yang menghubungkan Surabaya - Makassar dengan Pesawat jenis Douglas D2/F6 oleh perusahaan KNILM (Koningklijke Netherland Indische Luchtvaan Maatschappij).

Pada tahun 1942 oleh pemerintah pendudukan Jepang, landasan tersebut ditingkatkan dengan konstruksi beton berukuran 1,600 m x 45 m yang sekarang menjadi Lapangan Terbang ini diubah namanya menjadi Lapangan Terbang MANDAI. Tahun 1945 pemerintah SEKUTU (Hindia Belanda) membangun landasan baru dengan konstruksi onderlaag (Runway 13-31)berukuran 1745 m x 45 m ,yang mengerahkan 4000 orang ex tentara Romusha.

Pada tahun 1950 diserahkan kepada Pemerintah Indonesia yang dikelola oleh Jawatan Pekerjaan Umum Seksi Lapangan Terbang dan selanjutnya tahun 1955 dialihkan kepada Jawaban Penerbangan Sipil, sekarang Direktorat Jenderal Perhubungan Udara yang kemudian memperpanjang landasan pacu 2.345 m x 45 m sekaligus mengubah lapangan terbang menjadi pelabuhan Udara Mandai. Tahun 1980, landasan 13-31 diperpanjang menjadi 2.500 m x 45 m dan pada tahun ini nama Pelabuhan Udara Mandai diubah menjadi Pelabuhan Udara Hasanuddin, kemudian pada tahun 1981 dinyatakan sebagai Bandar Udara Embarkasi/Debarkasi Haji dan pada tahun 1985 Pelabuhan Udara Hasanuddin berubah nama menjadi Bandar Udara Hasanuddin.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 1 / 1987 tanggal 9 Januari 1987 disusul tanggal 3 Maret 1987 Bandar Udara Hasanuddin diserahterimakan pengelolaannya dari Direktorat Jenderal Perhubungan Udara kepada Perum Angkasa Pura I yang kemudian pada tanggal 1 Januari 1993 berubah status menjadi PT (Persero) Angkasa Pura I.

Pada tanggal 30 Oktober 1994, Bandar Udara Hasanuddin dinyatakan sebagai Bandar Udara Internasional sesuai dengan keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 61/1994 tanggal 7 Januari 1995 dan diresmikan oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Propinsi Sulawesi Selatan. Pada tanggal 28 Maret 1995 yang ditandai dengan penerbangan Perdana oleh Malaysian Airlines System (MAS) langsung dari Kuala Lumpur ke Bandar Udara Hasanuddin Makassar, disusul kemudian dengan penerbangan Silk Air yang menghubungkan Changi Singapore dengan Bandar Udara Hasanuddin, hal ini tidaklah berarti bahwa pada tanggal 28 Maret 1995 Bandar Udara Hasanuddin pertama kali melayani penerbangan Internasional, akan tetapi sejak tahun 1990 Bandar Udara Hasanuddin digunakan sebagai Bandar Udara Embarkasi / Debarkasi Haji langsung dari Makassar ke Jeddah vv.

Selain ini Bandar Udara Hasanuddin jauh sebelumnya melayani penerbangan lintas Internasional diwilayah Yuridiksi pengawasan/pengendalian Kawasan Timur Indonesia Makassar UCA ( Upper Control Area ) yang mencakup wilayah udara melalui sebagian Kalimantan bagian barat hingga perbatasan negara Papua New Guinea disebelah timur, dan dari perbatasan wilayah Udara Australia disebelah selatan hingga perbatasan wilayah Udara Philipina dan Oakland (Amerika Serikat) disebelah utara

Bandar Udara Hasanuddin juga merupakan pintu gerbang udara diKawasan Timur Indonesia dan Propinsi Sulawesi Selatan khususnya, dimana Bandar Udara ini telah memberikan corak tersendiri sebagai Bandar Udara Transit yang diarahkan turut mendukung dan mengembangkan pariwisata, mobilisasi arus penumpang serta berpartisipasi dalam perdagangan dan industri.

Visi Bandar Udara;
Menjadi ATS Center dan Transit Airport yang dapat diandalkan.Visi dapat dioperasionalkan sebagai berikut;

  • ATS Centre yang sejajar dengan Australia dan Singapura
  • Pelayanan Bandara Transit terbaik di Indonesia
Misi Bandar Udara;
Peningkatan kualitas pelayanan melalui peningkatan kualitas peralatan dan kemampuan Sumber Daya Manusia

Tugas Pokok Bandar Udara;
Menyelenggarakan manajemen dan Fungsi secara Profesional dan Komersial dengan mencapai sasaran - sasaran Perusahaan yang telah ditetapkan untuk dapat mencapai Tujuan Perusahaan baik Jangka Pendek maupun Jangka Panjang

di edit dari hasanuddin-airport.com

1 komentar:

Makassar Punya Cerita mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.