ilustrasi (diolah/ash/inet/ist.)
Arizona - Dana sebesar US$ 2,2 juta (sekitar Rp 20 Miliar) akan diberikan pada seorang professor untuk merancang komputer yang mampu meramalkan aksi terorisme, kriminal, dan sengketa etnis. Mampukah?
Dana itu dituangkan dalam proyek bertajuk Asymmetric Threat Response and Analysis Project (ATRAP) yang akan dijalankan oleh University of Arizona di Amerika Serikat. Sedangkan orang yang bertanggungjawab dalam perancangan piranti lunaknya adalah Professor Jerzy Rozenblit.
Piranti lunak ATRAP harus mampu meramalkan aksi dari kelompok paramiliter, faksi etnis tertentu, teroris, hingga kelompok kriminal dalam sebuah kejadian atau konflik di lokasi tertentu di dunia. Nantinya piranti lunak ini akan memberikan informasi yang dibutuhkan oleh pimpinan tertinggi agar bisa mengamankan wilayah sebelum, saat, dan setelah konflik.
Menurut Rozenblit, seperti dikutip detikINET dari UANews.org, ATRAP terdiri atas banyak algoritma kompleks yang mampu menganalisa jutaan data. ATRAP juga harus mampu memperhitungkan banyak faktor, termasuk sosial, politik, budaya, militer, dan pengaruh media massa.
ATRAP dikatakan akan memanfaatkan metode perhitungan terkini yang berdasarkan pada teori game, ko-evolusi, dan model perkembangan genetis untuk mencari solusi yang masuk akal pada momen-momen yang 'tidak masuk akal' seperti peperangan atau konflik antar etnis. ATRAP juga diyakini bisa membantu dalam kondisi bencana alam atau kejadian besar lainnya.
Dalam perjalanannya, ATRAP akan dikembangkan oleh University of Arizona dan sebagian pekerjaan akan dialihdayakan ke pihak ketiga. Hal itu, ujar Rozenblit, karena pihak universitas tak akan mengerjakan bagian-bagian yang tergolong 'rahasia negara'. Piranti lunak ini juga dikembangkan dengan kerjasama dari Army Battle Command Battle Laboratory di Fort Huachuca, Arizona.
Meski berbau militer, Rozenblit mengatakan ATRAP memiliki tujuan akhir untuk menghindari konflik. "Tujuannya untuk menangani wilayah konflik dengan cara agar terjadi stabilitas dan dukungan sehingga perang menjadi tidak perlu. Itu adalah filosofi di balik ATRAP," ia menegaskan. ( wsh / wsh )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar