Selasa, 22 Januari 2008

Menghadapi Era Pertelekomunikasian Baru

Oleh AW Subarkah

Menjelang peralihan ke tahun 2008 sebenarnya merupakan masa peralihan yang penting bagi dunia telekomunikasi kita. Pembaruan ke arah pertelekomunikasian modern akan semakin kuat, sudah tentu akan ada "turbulensi", meski dunia akan terus berputar dan tidak peduli apakah bangsa ini akan semakin tertinggal atau tidak.

Sungguh bukan hal yang mudah untuk meluruskan persoalan yang sudah telanjur karut-marut, apalagi menyangkut kebiasaan bertelekomunikasi selama ini. Bisa saja yang terjadi justru saling menyalahkan ketika ada sebuah upaya "memperbaiki", karena pada era sebelumnya sangat jarang sebuah tindakan dilandasi dengan pemikiran yang tulus.

Awal tahun 2008 merupakan tahun penting dalam upaya melakukan pembenahan. Didahului dengan penertiban alokasi frekuensi radio FM, kemudian awal tahun depan dengan pemindahan alokasi frekuensi FWA (fixed wireless access) CDMA pada pita frekuensi 1.900 MHz ke 800 MHz dan pengaturan frekuensi 450 MHz yang semula digunakan untuk jasa keamanan resmi berlaku.

Dan, baru saja, 3 Desember lalu, Menteri Komunikasi dan Informatika Mohammad Nuh memutuskan membuka kode akses sambungan langsung jarak jauh (SLJJ). Semua langkah di atas tentu saja tidak dengan begitu saja bisa diterima, terutama bagi mereka yang merasa dirugikan, atau paling tidak merasakan adanya ancaman-ancaman yang merugikan.

Ketulusan pihak yang penyelenggara aturan memang sangat diharapkan sehingga semua pihak bisa menerima dengan ikhlas. Kerugian pasti akan muncul akibat penertiban itu, tetapi jika masyarakat luas yang diuntungkan pasti akan berdampak positif bagi bangsa ini.

Dalam wawancara khusus Kompas dengan Direktur Utama PT Telekomunikasi Indonesia (Telkom) Rinaldi Firmansyah sebelum Lebaran lalu memperlihatkan perusahaan telekomunikasi terbesar di Indonesia itu sedang menyusun langkah-langkah ke depan. Sekalipun waktu itu keputusan menteri soal pembukaan saluran SLJJ belum turun.

Telkom tampaknya sedang mempersiapkan strategi menghadapi perkembangan di dunia telekomunikasi yang sangat cepat. Saat ini setidaknya sekitar 8,7 juta pelanggan telepon tetap dan sudah tentu hal ini merupakan modal yang besar untuk menyongsong era baru.

"Untuk membangun jaringan kabel tetap dengan teknologi berbasis IT kami memilih melakukan dengan cara overlay secara bertahap. Program ini akan berlangsung hingga tahun 2012," kata Rinaldi. Ke depan pihak Telkom mengembangkan fixed line menjadi jaringan multiplay, seiring dengan kesiapan masyarakat menghadapi perubahan.

Perkembangan

Untuk meningkatkan jaringan kabel tetap ini Rinaldi menargetkan pelanggan Speedy, jaringan kabel tetap broadband hingga dua juta sampai tahun 2010. Dari pengalaman sekarang, masyarakat banyak mengharapkan Speedy sebagai solusi berkomunikasi masa depan.

"Pengalaman kami di daerah seperti Bengkulu, sebagian besar memilih berlangganan Speedy dengan kuota akses tak terbatas," tambahnya. Bagaimanapun ke depan Telkom akan menjadikan Speedy dan jaringan tetap nirkabel Flexi sebagai mesin pertumbuhan baru.

Harapan barunya pada Flexi yang mempergunakan CDMA telah membuahkan hasil hingga 5 juta pelanggan di seluruh Indonesia. Sementara pelanggan seluler Telkomsel yang juga milik Telkom sudah mencapai hampir 45 juta.

Optimisme pengembangan Speedy diperkuat dengan bertambahnya pita frekuensi hingga 15 kali lipat koneksi ke jaringan internasional dari sekitar 2,5 gigabit per detik (Gbps) saat ini. Peningkatan ini diperoleh setelah bergabung dalam konsorsium serat optik laut AAG yang akan mulai beroperasi pada kuartal pertama tahun 2009.

Di luar Telkom, perusahaan lain lebih mengembangkan jaringan seluler. Seperti PT Excelcomindo Pratama atau XL melalui Vice President VAS and New Services I Made Harta Wijaya berharap pemanfaatan jaringan 3G sebagai sebuah upaya pembelajaran bersama. Karena, bagaimanapun sampai saat ini belum ada aplikasi yang betul-betul luar biasa dari jaringan broadband nirkabel ini.

Sedangkan Indosat merasa yakin jaringan seluler berpita lebar itu sebagai sarana cepat untuk memenuhi kebutuhan akses internet. Secara bertahap pengembangan jaringan 3G akan disusul dengan jaringan tetap dan bahkan mengembangkan sampai kapasitas serat optik sampai ke pelanggan rumah.

"Seharusnya dengan kondisi seperti sekarang ini tidak ada lagi daerah yang tertinggal karena hampir semua daerah bisa dijangkau jaringan telekomunikasi," kata Indar Atmanto, Presdir IM2. Untuk daerah terpencil Indosat juga sudah menyediakan akses melalui satelit.

Satelit

Saat ini baik Indosat maupun Telkom masing-masing sudah sama-sama mempersiapkan satelit barunya untuk menggantikan satelit lama yang hampir habis masa berlakunya. Indosat akan meluncurkan Palapa D menggantikan Palapa C-2, sedangkan Telkom akan meluncurkan satelit Telkom-3 untuk memperkuat Telkom-1 dan Telkom-2 yang kapasitasnya makin terbatas.

Indosat bahkan telah menunjuk Thales Alenia Space (TAS) sebagai mitra pengadaan dan peluncuran Palapa D yang akan menggantikan Palapa C-2 di Slot 113ยบ BT yang akan habis masa beroperasinya pada tahun 2011. Satelit Palapa D akan diluncurkan tahun 2009 dan akan memiliki masa operasi selama 15 tahun ke depan.

"Peluncuran satelit Palapa D merupakan wujud komitmen kami dalam mengembangkan bisnis satelit, yang antara lain untuk mendukung penetrasi bisnis seluler di daerah terpencil, serta memenuhi kebutuhan yang tinggi untuk layanan data tetap, broadband dan solusi korporat, baik dalam Indosat Group maupun pelanggan eksternal," ujar Johnny Swandi Sjam, Dirut Indosat, belum lama ini.

Biaya pengadaan dan peluncuran satelit Palapa D ini sebesar 228,5 juta dollar AS yang terdiri dari biaya pembuatan satelit, peluncuran, asuransi, peningkatan kapabilitas/kemampuan stasiun pengendali satelit (augmentation of master control station) dan pelatihan. Pendanaan yang dilaksanakan oleh the Hongkong and Shanghai Banking Corporation (HSBC) ini terdiri dari dua fasilitas kredit ekspor 12 tahun yang didukung oleh Coface (kredit ekspor Perancis) dan Sinosure (kredit ekspor China).

Palapa D memiliki kapasitas lebih besar dibandingkan Palapa C-2, yaitu 24 standar C-band, 11 extended C-Band serta 5 Ku-band transponder, dengan jangkauan lebih luas mencakup Indonesia, Australia, negara-negara di Asia, Timur Tengah, Malaysia, dan Brunei Darussalam. Palapa-D saat dijadwalkan diluncuran ke orbit pada September 2009 dengan menggunakan kendaraan peluncur Long March 3B buatan Beijing Talentway Technology Corporation China. Palapa-D.

Sumber: Kompas

Tidak ada komentar: