Jumat, 04 Januari 2008

Dermaga titian pengharapan

Sore membenamkan kalbu saat bias hari mereda

Aku masih berdiri di ujung jembatan tua

Yang kayu-kayunya terselimuti kerang hijau

Tatapan tak berujung mengantarkan aku mengapung diatas samudra

Diatas perahu kecil tak berlayar

Sore masih membalut bumi

Dan aku masih terapung

Walau kakiku basah

Namun tak kurasakan setitik air pun menyentuh kulitku

Diatas sampan kecil aku terus berpegang

Perlahan namun pasti guncangan itu terus menguat

Jariku terus menggenggam erat

Kuku ku pun menusuk pinggiran sampan yang catnya mulai terkelupas

Kapankah guncangan ini akan berhenti

Kutatap angkasa

Buram menghadang sang surya

Tak secercah pun cahayanya menggapai daku

Sementara gelombang semakin meninggi

Adakah diriku akan tenggelam

Di dalam samudera luas tak berdasar

Genggamanku semakin menguat

Menanti suatu akhir yang tak dapat ku prediksi

Suara burung pantai mengagetkan aku

Menurunkan ketegangan yang hampir memuncak

Membuyarkan lamunanku di saat kritis

Kutatap bayang wajahku

Diatas air laut

Pucat ...

Tak kurasakan hangatnya aliran darahku

Dimanakah diriku yang hakiki

Hanyakah jasad kasarku yang berdiri di sini

Di ujung dermaga tua yang mulai rapuh

Yang melangkah lelah diatas waktu

Yang sesekali berlari kecil oleh keriangan sesaat

Yang sesekali tersenyum menyatu dengan bunga dunia

Yang kadang pula menangis tanpa air mata

Ataukah diriku mengapung diatas samudra luas

Yang penuh guncangan hebat

Yang penuh ketakutan untuk berdiri

Yang tak mampu walau hanya maraih jari-jari surya

Yang terus gusar diatas perahu kecil

Ya,,.Rab yang Agung

Hanya kuasaMu yang membuat dunia ini bagai samudra

Hanya Engkau pencipta Sang Surya

Walau jemari matahari tak sanggup kuraih

Namun aku tetap yakin

Dan sangat yakin

Kasih sayangMu lah yang menggapaiku

Dalam gulau

Dalam sedih

Dalam kesendirian

Dalam kehampaan

Dalam penantian

Dalam perjalananku

Dermaga tua ini

Hanyalah batas dunia yang mulai menua

Didalam genggaman jari-jari waktu

Tidak ada komentar: